ZOOM

ZOOM
gaya

Selasa, 04 Januari 2011

AKU, MEREKA DAN MASA DEPAN (Awal Perjuangan Yang Sesungguhnya)

Kota Yogyakartaadalah kota perjuangan, itulah semboyan yang selalu diucap-ucapakan ketika aku mau berangkat ke jogja. Semangat yang menggebu-gebu dalam rangka menuai kesuksesan menjadi landasan pada saat itu. Sehingga meskipun ada banyak halalangan dan rintangan sebelum berangkatan saya, itu tidak Bisa menghentikan langkah-langkahku untuk selalu berusaha.
Pertama tekat itu muncul karena secara pribadi saya ingin kuliah keluar, ingin mencari suasana baru selain di pondok yang sudah delapan tahun aku di sana. Jadi menurutku ini merupakan kesempatan emas buat saya untuk melanjutkan studi di luar. Mengingat sebelumnya, berbagai macam usaha yang saya lakukan untuk kuliah diluar, ternyata tidak membuahkan hasil. Mulai dari ikut tes di ITB (Institut Teknologi Bandung) dan pada tahun keduanya saya mengirim proposal untuk biasiswa bidik missi. Namun apa apa daya, ternyata semuanya nihil. Itulah yang membuat saya semangat untuk menindaklanjuti peluang yang ditawarkan teman dan kebetan satu kelas waktu di SMA.
Sebelum aku berangkat sorenya, orang ortu mengumpulkan famili yang kebetulan rumah kami dan rumah mereka satu halaman, jadi komonikasi kami cukup dekat. Maksud dan tujuan kedua orang tua mengundang mereka tidak terlapas untuk mengadakan do’a bersama agar tujuannku kuliah diluar Madura mendapat ridha dan syafa’at dari Allah Swt.
Seusai acara do’a bersama yang diawali dengan Yasinan selesai,kami berbincang-bincang seputar kabarangkatan aku. Meraka mulai manyak, kenapa saya harus kuliah di jogja?, terus bagaimana nanti ketika sudah samapi disana?, dan masih banyak lagi pertanyaan yang mereka lontarkan kepada saya. Saya sadar, itu merupakan suatu bentuk kepedulian mereka akan keadaanku disana nanti. Yang sangat jelas mereka berpesan aqidah untuk selalu dijaga.
Saat-Saat Mau Berangkat
Jam 18.40 saya sudah siap-siap dan mengkemasi barang-barang yang akan bawa, mobil udah disiapkan sama kakak saya dihalaman. Tiba-tiba ibu saya memanggil. Yad, ayo, pamitan dulu mumpung orang-orang pada dihalaman. pintanya beliau kapada saya. Tanpa basa-basi, aku nurut apa yang ucapakan ibu. Aku langsung bergagas mendatangi orang-orang dihalaman yang mereka semua itu adalah familiku sendiri. Aku bersalaman dan pamitan kepada mereka. Dan di saat bersamaan butir-butir nasehat diberikan kepada saya. Diantaranya adalah bagaimana saya harus konsentrasi dulu dangan kuliah saya jangan sampai terbengkalai akibat hal yang tidak jelas orientasinya, “ingat di jogja tidak sama dengan disini”. Dan nasehat itu mungkin harus menjadi pegangan saya untuk lebih serius dalam menjalani perkuliahan disana.
Barang-barang bawaan udah dimasukkan ke dalam mobil. Saat itu aku terharu melihat keantosiasan mereka yang telah mendukung akan keberangkatan saya itu. Dan dalam benak ini muncul, ya,, Allah semuga keberangkatanku ini bersama ridhamu, dan semuga saya sukses, aku pasti tidak akan melupakan mereka yang telah berdiri disini dalam rangka mendukung dan memberikan semangat kempada saya.
Mobil yang sudah siap dengan dan keluargaku yang mau mengantarkan ke terminal Bus di kota kami sudah naik. Tapi yang pas mau berangkat tiba-tiba para tetangga ramai sekali, salah kakakku bilang “o, sekarang gerhana bulan”. Subhanallah………… benar akau lihat, ternyata pada saat itu lagi gerhana bulan. Bulu kulit ini merinding melihat itu, karena menurut orang di rumah makna filosofinya gerhana bulan itu adalah awal kebangkitan atau momen dimana membangunkan segala sesuatu yang dianggap sudah mati atau kurang berfungsi. Makanya para tetangga memukul-mukul pepohonan dan hewan-hewan dalam rangka membangunkan mereka. Itulah hal yang dipahami dari gerhana bulan oleh orang-orang di desa saya. Saat itu aku berpikir, ya, tuhan, jika benar ini merupakan awal kebangkitan dan awal untuk lebih baik, maka kabulkanlah apa yang menjadi harapan mereka terhadap kami yang hendak mau berangkat ini.
Semuanya sudah siap, mesin mobil sudah distater dan siap berangkat. Berlahan roda mobil berputar beranjak meninggalkan halaman dan meninggalkan mereka yang ada dihalaman dan tidak ikut mengantarkan saya keterminal. Lambayan tangan seakan-akan tidak mau berhenti dan pandangan mata tidak mau lepas dari mereka. Air mata rasanya mau tumpah dari kelopak mata, tapi aku tahan karena ini adalah perjungan yang harus saya lakukan, untuk ku dan untuk meraka. “AKU SAYANG MEREKA!!!”.
Pintu Awal Perjuangan Sudah Terasa
Pintu awal perjuangan, itulah yang terlintas dalam pikiranku setelah nyampek di terminal bus. Bus yang jurusan Jogja sudah berangkat, jadi saya harus berhenti di terminal Bungurasih Surabaya. Kakak sepupu saya menyarankan segara berangkat, karena Bus dengan jurusan Banyuwangi sudah mau berangkat, dan nanti saya turun di Surabaya. Tas dan kardus dibawa oleh kakak saya sendiri dan dua kakak sepupu saya (Mulyadi dan Syaiful). Aku pamitan sama ibu, dan meraka yang ikut mengantarkan saya. Sopontan guru ngaji saya (Ning, Ama) mencium saya sambil berkata “hati-hati ya, nak,,”dan Ibu pun dengan segera mendekati saya dan memelukku serta mengucapkan kata-kata yang sampai hari ini masih teringat jelas dalam pikiran. S U K S E S !!!. sayang Bapak pada saat itu tidak ikut karena keadaanya tidak memungkinka, tidak enak badan.
Ibu, Bapak, guru, dan orang-orang yang telah mondo’akan saya. Terimakasih semuanya. Dan semuga do’a-do’a mereka dikabulkan dan saya akan kembali untuk mereka lagi.. Amin…………………

0 komentar:

Posting Komentar