ZOOM

ZOOM
gaya

Selasa, 04 Januari 2011

PRESAAN YANG TERSEMBUNYIKAN

Dia adalah orang yang sempurna bagi saya. Meskipun ada yang mengatakan tidak ada yang sempurna kecuali Tuhan. Itu benar, akan tetapi kesempurnaan menurutku dalam kontek manusia sebagai mahluk tuhan itu sendiri. Meskipun aku penuh tanda tanya dalam benak ini, “bisakah dia akan menjadi milikku?” sebut saja dia vifi.
Berawal dari pertemuan yang tidak diduga sebelumnya, aku mengenal dia. Perkenalan terjadi ketika hari pertama masuk kuliah bagi mahasiswa baru pada saat itu. Hari pertama, temen-temen banyak yang berangkat lebih awal dari jadwal kuliah yang diberikan oleh universitas, sehingga ada banyak waktu bagi teman untuk saling kenalan dan tukar nomor Hand Phone pada saat itu.
Hari-hari kulalui seperti biasa, kebetulan kuliah masih belum aktif, jadi banyak mata kuliah yang tidak masuk. Dengan demikian kami mempunyai banyak waktu untuk saling kenalan dan bertemu dengan teman-teman disana. Barbagi cerita, saling nanyak lulus dipilihan berapa? merupakan tema utama kami sebagai bahan basa-basi untuk saling mengenal.
Di sebuah acara universitas yang khusus mahasiswa baru, kembali aku bertemu dia. Dugaan ini tidak salah kemudian, saat kedua kalinya aku bertemu dia di dalam ruangan acara, yaitu vifi adalah orang yang murah senyum, dan familiyer. Kebetulan pada saat itu aku dengan dia duduk di kursi yang bersampingan. Jadi kembali kami saling menyapa dan berbagi cerita. Tapi sejanak aku tidak percaya, vifi yang ku kenal orang murah senyum dan familiyer, tapi dia juga orang yang cantik.
Disela-sela pembicaraan, tanpa sadar aku memperhatikannya. Inikah orang yang sempurna?. Pertanyaan demikian selalu hadir dalam benak ini. Sehingga perhatianku terpusat padanya dan mencoba mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan hati. Namun, jawaban yang ada selalu menimbulkan tanda tanya lagi. Ah……. Aku bingung.
Setelah pulang, ternyata pertanyaan itu muncul kembali, “benarkah dia orang yang sempurna buat aku?”. Tapi sayang pada saat itu aku tidak lagi bisa mencari jawabannya dengan cara melihat langsung orangnya, akan tetapi cuman dengan hayalan-hayalan imajinasi belaka. Yang kadangkala aku tertawa sendiri terhanyut dalam lamunan imajinasi.
Lagi-lagi kebingungan tidak bisa dipungkiri. Dan pertanyaan itu muncul dengan sedirinya lagi. “Kapan aku bisa bertemu dengan dia?”. Ingin segera rasanyan malam menjemput pagi, biar aku ini dapat bertemu dia. Seribu cara sudah dipersiapkan, bagaimana kami dapat duduk bersampingan, dan bisa curi pandang wajah dia di sela-sela pembicaraan. Yang pasti aku harus datang lebih awal dan berlama-lama dipintu masuk ruangan. Sehingga apa bila dia datang kusapa dan mencari tempat duduk bersama. Itulah strategi jitu yang kudapat semalam.
Tapi sial, ketika mau berangkat, tiba-tiba motor yang akan kami gunakan ke kampus tidak mau jalan mesinnya. Sehingga waktu yang sudah dijadwalkan tidak bisa terealisasi. Ah,, Buset…….!!!. yang lebih sial, adalah kami diintrogasi sama penitia karena keterlambatan kami kesana, buset yang ke dua kali.
Usaha sedemikian rupa telah dilakukan untuk ketemu dengan dia, namun hasilnya sangat memprihatinkan. Setiap kali pertemuan itu aku rencanakan sama sekali tidak membuahkan hasil. Akan tetapi kadangkala aku bertemu dia dalam keadaan tidak disengaja. Aneh, bin ajaib. Sehingga jawaban yang saya inginkan selalu tertunda oleh tidak adanya kesempatan. Dan kapan kira-kira aku dapat meyakinkan bahwa itu adalah orang yang “sempurna”.
Waktu terus berjalan, jumpa dengan dia merupakan suatu hal yang tidak gampang, kadangkala cuman ketemudi jalan ketika menuju kelas masing-masing dan hal itu sifatnya hanya sebentar. Akan tetapi entah kenapa perasaan bahagia ketika dia senyum dan menyapa meskipun hanya sapatah dua patah kata, hai, masuk ya??. Tapi kata-kata itu telah membuat kau bahagia, dugaan sementara, berarti dia masih ingat sama saya, Alhamdulillah…..
Hari-hari terus berjalan dengan demikian, tapi perasaan ini mulai bersikap kritis, “kanapa aku bahagia ketika bertemu dengannya?”. Aku kaji perasaan yang selama ini aku rasakan. Aneh, ternyata diri ini terlarut dalam hayalan-hayalan aku dengan dia. Yang menambah poin kebingungan perasaan ini.

0 komentar:

Posting Komentar