ZOOM

ZOOM
gaya

Selasa, 04 Januari 2011

SEDIH DIBANGKU TERAKHIR SMA 05/12/2010

Berbicara masalah rencana mau melanjutkan studi ke-perkuliahan, mimang tidah asing lagi di kalangan siswa yang lagi duduk dibangku kelas akhir SMA/MA dan sederajad. Maka tidak jarang siswa pada saat itu setres karena hanya dalam rangka memilih Universitas. Lebih ironisnya UAN (Ujian Akhir Nasional) tidak menjadi beban pikiran, bahkan hampir semua perhatian kita tersita oleh itu.
Hal yang senada tidak jauh beda dengan apa yang pernah dialami oleh saya, ketika duduk dibangku akhir SMA I Annuqayah Guluk- Guluk Sumenep. Famplet Universitas dari berbagai penjuru mulai menghiasai papan pengumunan di sekolah, bahkan seking tidak muatnya, di dinding-dinding pun menjadi opjek penempelan brosur itu, teman-teman semua pada memperhatikan dan bahkan ada yang meninjak lanjuti informasi yang ada di pengumuman.
Yang sangat menarik lagi adalah ketika ada brosur program beasiswa, baik untuk siswa yang berprestasi atau yang berekonomi lemah. Program beasiswa berprestasi merupakan hal yang wajar dalam rangka berkompetitif didalamnya. suatu hal yang sangat lucu kemudian adalah teman-teman yang berekonomi menengah keatas yang tergolong keluarga mampu malah mau menjadi orang yang dinyatakan tergolong tidak mampu oleh pihak yang harus dimintai surat ketetangan sebagai persyaratan untuk mengikuti program beasiswa itu sendiri. Dengan hal itu aku benar-benar tidak mengeriti dengan apa yang sedang terjadi pada mereka. Mungkin karena Unversitas menawarkan fasilitas yang wah, atau tempatnya berada di kota, dab kebetulan pada saat itu teman-teman udah muak dengan keadaan pondok sehingga mereka ingin suasana baru. Namun itu hanya praduga saya yang tidak bisa dipertanggujawabkan kebenarannya.
Kelas tiga SMA menjadi sangatlah bersejarah bagi saya pribadi. Yang pertama menginjak semister kedua, aku dikejutkan dan distreskan dengan hasil seleksi panerimaan mahasiswa di ITB (Institut Teknologi Bandung). Pada saat itu aku mulai frustasi, selain biaya yang telah aku habiskan cukup banyak, juga beban moral kepada orang tua dan tetangga yang telah banyak berharap kepada saya akan menjadi mahasiswa ITB ternyatas sia-sia. Menurut orang-orang dirumah akulah orang pertama yang akan menjadi mahasiswa ITB di desa saya. Jadi support datang bukan hanya dari orang tua aku sendiri atau bahkan dari famili, akan tetapi juga dari tetanggapun ikut memberi semangat akan kelulus saya disana. Bahkan bentuk dukungan mereka ada yang sampai ngasih uang saku sebagai tambahan bekal. Meskipun aku yakin, mereka tidak akan menuntut kalau misalkan takdir berbicara lain.
Bingkisan kedua dari Tuhan kepada saya adalah tidak tercantumya nama aku di hasil ujian UAN (Ujian Akhir Nasional). Itu merupakan cobaan yang aku kira terberat yang aku rasa selama saya terlahir kedunia ini. Tiba-tiba aku tidak tau mau berbuat apa setelah mendengar berita disampaikan oleh Bapak Mojo salah satu TU (Tata Usaha) di sekolah aku itu. Lagi-lagi saya tidak percaya dengan hal itu. Meskipun yang ikut sedih pada saat itu bukan hanya aku sendiri, akan tetapi orang-orang Sekolah semuanya pada mengeluarkan air mata ketika aku bilang “ten kaule tak oneng cek dekremmah nikah Pka?” (aku tidak tau harus bagaimana) yaitu setelah aku menceritakan keadaan dan posisi aku pada saat itu. Mungkin juga mereka merasa tidak enak ketika ingat akan perjuangan aku ketika menjadi ketua OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Karana menurut teman-teman, pada saat pemerintahan saya merupakan sejarah bagi kemajuan OSIS di sekolah. Yang mana saya bersama teman-teman yang lain banyak melakukan terobosan-terobosan demi memajukan OSIS itu sendiri.
Jujur, pada waktu itu aku telah banyak dosa kapada pihak sekolah, pasalnya mereka dengan rendah hati mengantarkan saya kerumah paman yang saya yakin diantara mereka mempunyai kesibukan pada saat itu. Akan tetapi mungkin mereka merasa iba dengan keadaanku pada saat itu. Jadi meskipun perjalanan tidak bisa di tempuh hanya sebertar dari sekolah ke rumah, mereka bersedia mengantarkanku sampai dirumah paman dan menjelaskan akan apa yang terjadi pada diri saya saat itu.
Ketika paman mendengar informasi yang disampaikan kepala sekolah diteras depan itu, spontan beliau terkejut, matanya yang berkaca-kaca sambil memadangiku. Pada saat itu air mataku tidak bisa ditahan berkucuran.
Pada akhirnya aku bertakat tidak akan memberikan informasi itu kepada keluargaku sampai saat ini kecuali pamanku, Mohammad Imran dan orang yang saya anggap kakak sendiri tapi dia masih dua pupuku, Ervan Antamanto, S.Pd.I merekalah yang telah banyak membantuku dalam menyembunyikan persoalan itu.
Sebetulnya ada beberapa alasan kenapa kami menyembunyikan masalah ini. Pertama Bapak aku baru dikenak struk, jadi takut mengganngu dan akan kambuh kembali. Yang kedua, baru saja keluargaku dihantam denga informasi ketidak lulusan saya di ITB, jadi menyembunyikan masalah ini merupakan jalan yang terbaik buat kami.
Ma’afkan anakmu Bapak dan Ibu, engkau telah berjuang sepenuh hati untuk mensukseskan anandamu ini. Dan aku janji akan menjadi anak yang baik dan senantiasa berbakti kepada kedua orang tua bangsa dan Negara. Amin.

1 komentar:

  1. klw cuman kayak g2 bro klw menerut gak masalah.klw aq jujur aja sekolah sama perkuliahan gak ada artinya maka dari aq hanya ngerasa sedih krn aq gak bisa milikin yg gw sayank bahkan jadi musuk gw bro,.......

    BalasHapus